Jakarta –
113 Tahun sudah Jepang memulai pembangunan kawasan berorientasi transit atau dikenal dengan sebutan TOD. Pembangunan TOD diselaraskan dengan rancangan tata kota Negeri Sakura itu.
Hal tersebut disampaikan oleh Naoki Nishimura selaku Deputy Director International Affairs Office, City Bureau, Ministry of land, Infrestructure, Transportation and Tourism (MLIT), Japan dalam pertemuan bersama jurnalis peserta fellowship MRT Jakarta di Kasumigaseki pada Jumat (17/11/2023) waktu setempat.
Perjalanan Jepang membangun TOD dimulai pada tahun 1910. Kala itu, Jepang dihadapi oleh berbagai tantangan, mulai dari masifnya pertumbuhan penduduk di pusat kota hingga menjamurnya kendaraan pribadi di jalanan yang berimbas kemacetan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Yang menjadi trigger dari pembangunan TOD di tahun 1910 pertama konsentrasi di pusat kota dan juga masalah transportasi pribadi. Sebenarnya Jepang itu ingin sesuatu yang convenient, kita pengen sesuatu yang gampang,” kata Nishimura dalam forum tersebut.
![]() |
Dengan adanya pembangunan serta pemerataan jaringan perkeretaapian di seluruh Jepang, maka pertumbuhan penduduk diyakini tak akan terkonsentrasi di pusat kota semata. Nantinya, masyarakat pun dapat bebas bermobilisasi menggunakan kendaraan umum dengan mudah dan nyaman.
“Jadi dengan pembangunan jaringan kereta itu membuat masyarakat berpindah kendaraan pribadi ke umum karena dengan kendaraan umum mudah bagi mereka,” terangnya.
MLIT Sebut Kondisi Jepang dan Jakarta Sama
Jepang membangun TOD sejak 113 tahun lalu. Jakarta melalui PT MRT Jakarta mulai membangun TOD sejak 2021 silam. Sementara pemenuhan aspek hukum mengenai TOD telah dikantongi sejak tahun 2018.
Salah satu contoh kawasan TOD di Jakarta terletak di Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Area tersebut menjadi pertemuan lima transportasi umum meliputi LRT, MRT, TransJakarta, KRL hingga kereta bandara.
Selain itu, kawasan TOD lainnya yang masih dalam pengembangan di Blok M, Jakarta Selatan. Beberapa yang telah terbangun ialah Taman Literasi Martha Tiahahu hingga Jembatan CSW yang terintegrasi dengan TransJakarta dengan MRT.
Nishimura menyebut kondisi yang dihadapi Jepang sama dengan kondisi Jakarta masa kini. Ia meyakini betul pembangunan kawasan berorientasi transit sangat efektif dalam menyelesaikan tantangan kota saat ini, seperti kemacetan di pusat kota hingga mengurangi polusi udara.
“1910, waktu ini Jepang ingin mengembangkan network kereta, railway. Sama seperti Jakarta, Jepang lagi bangun network kereta. Apalagi Jakarta populasi sangat besar, tengah kota sangat dense, problem kendalanya di public transport karena pusat kota Jakarta sangat padat,” terangnya.
“TOD sangat efektif untuk pembangunan kota, misalnya di daerah perkotaan populasi sangat banyak, sangat efektif menggunakan TOD, misalnya bisa menanggulangi masalah traffic, masalah kemacetan di pusat pusat kota. Kemudian kendaraan-kendaraan motor berkurang itu akan membantu mengurangi polusi udara dan membantu planning perkotaan,” sambungnya.
![]() |
Negara Jepang menerapkan dua macam TOD, yaitu Urban TOD atau TOD di pusat kota yang menghubungkan stasiun dengan area perkantoran maupun pusat perbelanjaan dan Sub-urban TOD atau TOD di luar pusat kota yang menghubungkan stasiun dengan sekolah maupun area perumahan.
Kota Shibuya merupakan salah satu contoh kawasan yang menerapkan Urban TOD. Di mana, stasiun bawah tanah Shibuya yang melayani puluhan rute terhubung dengan urban area seperti terminal bus, area perkantoran hingga departement store. Sementara Sub-urban TOD diterapkan di kota pinggiran Jepang, yakni Kota Tama. Penerapan TOD memudahkan mobilisasi masyarakat yang tinggal di Kota Tama bekerja di Shibuya maupun di kawasan metropolitan lainnya di Tokyo.
“Berbeda dengan Shibuya yang populasi banyak, daerah Tama sekitar 30 menit dari kota Shibuya. Kota ini terhubung dengan Shibuya dengan kereta, jadi orang yang mengakses ke Shibuya sangat mudah, jadi banyak orang tinggal di daerah tersebut,” ucapnya.
Jepang Siapkan 12 Ribu Planning Tata Kota untuk Bangun TOD
Jepang memiliki visi yang jelas mengembangkan TOD di negaranya. Nishimura menekankan pembangunan TOD mesti disesuaikan dengan kondisi tata kota di Jepang.
Jepang setidaknya menyiapkan 12 ribu rancangan tata kota untuk negara seluas 370 hektare atau setara dengan lima kali luasan Kota Jakarta.
“Ini penting bagi Jepang. Di dalam Jepang (menyiapkan) 12 ribu planning tata kota. Semuanya menggunakan sistem TOD,” terangnya.
Dalam perencanaan tata kota yang disiapkan, pembangunan TOD disesuaikan dengan kondisi dari masing-masing kawasan. Seperti misalnya TOD di area Stasiun Tokyo. Stasiun ini memiliki niliai historis tinggi sehingga pengembangan TOD dilakukan dengan memperbanyak jalur pedestrian serta bangunan di sekitar Stasiun Tokyo disesuaikan ketinggiannya.
“Seperti contoh Tokyo Station, bangunan sebelahnya nggak tinggi-tinggi banget. Stasiun Tokyo sangat bagus desainnya,” imbuhnya.
Lihat juga Video: Jepang Bakal Wajibkan Tes TBC untuk Pelancong Tahun Depan
(taa/idn)
Source : news.detik.com
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, Allohumma Sholli Ala Rosulillah Muhammad Warhamna Jamii’a.