Ini Sosok di Balik Suksesnya Sistem Kereta Bawah Tanah Jepang

Ini Sosok di Balik Suksesnya Sistem Kereta Bawah Tanah Jepang


Jakarta

Jepang sukses mengembangkan jalur kereta bawah tanah sejak ratusan tahun silam. Rupanya, ada sosok pebisnis bernama Noritsugu Hayakawa di balik kemajuan sistem kereta api bawah tanah Jepang.

detikcom berkesempatan menelusuri jejak sejarah kereta bawah tanah negeri sakura dengan mengunjungi Metro Museum di Edogawa, Tokyo. Museum ini mudah diakses karena terkoneksi dengan stasiun Kansai.

Dari Stasiun Shibuya bisa naik kereta jalur Ginza hingga Stasiun Nihombashi. Setelahnya, transit ke jalur Tozai melewati tujuh perhentian hingga Stasiun Kansai.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah kereta bawah tanah Jepang. (Tiara Aliya/detikcom)Foto: Sejarah kereta bawah tanah Jepang. (Tiara Aliya/detikcom)

Untuk masuk ke Metro Museum, pengunjung dewasa dikenai biaya 220 yen atau sekitar Rp 23.962 rupiah (kurs 103,15 idn). Tour de museum dimulai dengan pengenalan sejarah sistem kereta bawah tanah atau subway di Tokyo beserta perkembangannya.

Subway pertama di Jepang beroperasi pada 30 Desember 1927, membentang sepanjang 2,2 kilometer dari Ueno hingga Asakusa. Seiring berjalannya waktu, jalur subway diperpanjang hingga ke Shibuya hingga kini membentuk jalur Ginza.

Meskipun pembangunan jalur kereta sempat terhenti selama perang, Jepang kembali memulai konstruksi pada 1951 hingga jalur Marunouchi yang membentang antara Ikeburo dan Ochanomizu sepanjang 6,4 kilometer mulai beroperasi.

“Setelah pembukaan ini, jalur baru dibangun satu per satu, memperluas jaringan dengan kecepatan luar biasa dan kereta bawah tanah Tokyo menjadi salah satu jaringan kereta bawah tanah tercanggih di dunia,” demikian penjelasan dalam keterangan yang tertera di museum.

Patung Noritsugu Hayakawa terpajang di sudut Metro Museum. Tangan dingin Hayakawa sukses mengantarkan kemajuan subway di wilayah Tokyo Metro. Dia pun dijuluki sebagai bapak sistem kereta bawah tanah Jepang.

Sejarah kereta bawah tanah Jepang. (Tiara Aliya/detikcom)Foto: Sejarah kereta bawah tanah Jepang. (Tiara Aliya/detikcom)

Semua bermula di tahun 1914, Hayakawa terkesan dengan jaringan kereta bawah tanah yang dikembangkan di London. Dia pun merasa negaranya perlu mengembangkan jaringan kereta bawah tanahnya sendiri layaknya negara eropa.

“Dia yakin bahwa jalur kereta bawah tanah sangat diperlukan untuk perkembangan Tokyo di masa depan,” kata Okubo, pemandu Metro Museum.

Hayakawa mulai meneliti sifat tanah dan air bawah tanah di Eropa dan Amerika selama 2 tahun. Secara khusus, dia mempelajari volume lalu lintas di persimpangan Ueno, Ginza serta jalan lainnya di wilayah Tokyo.

“Meskipun terdapat oposisi dan pesaing. Hayakawa mampu mengumpulkan kolaborator dan mengumpulkan dana untuk mendirikan perusahaan kereta bawah tanah Tokyo,” ucapnya.

Di dalam museum itu juga terdapat replika subway 1001. Selain itu, ada pula gate atau pintu masuk subway yang masih bayar memakai uang coin.

Secara keseluruhan, Metro Museum memiliki tujuh fasilitas antara lain sebagai berikut:

1. Metro History
Memperkenalkan sejarah subway Jepang dari waktu ke waktu.

2. Creation of The Metro
Menampilkan simulasi teknologi konstruksi hingga proses pembuatan terowongan subway.

3. Metro safety
Memperkenalkan aktivitas yang memastikan pengoperasian kereta bawah tanah yang aman, menampilkan sudut praktis dengan pusat kendali terintegrasi.

4. Passenger Service
Memperkenalkan upaya yang dilakukan untuk membuat metro lebih mudah digunakan dan nyaman bagi penumpang.

5. Metro Train Structure
Memperkenalkan struktur kereta yang menjamin keselamatan operasi.

6. Metro System of Japan and The World
Memperkenalkan sistem metro dari dalam Jepang

7. Metro Playland
Dilengkapi dengan simulator pengoperasian kereta, panorama metro serta game PC

8. Hall
Film tentang Metro ditampilkan serta bangunan ini biasa digunakan untuk seminar maupun konser.

(taa/idn)



Source : news.detik.com
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, Allohumma Sholli Ala Rosulillah Muhammad Warhamna Jamii’a.

What do you think?

Written by admin