Jakarta –
Peristiwa perjalanan malam Rasulullah SAW atau Isra Mi’raj tidak hanya menghasilkan perintah salat lima waktu. Ditemani dengan Malaikat Jibril, Rasulullah SAW diberi kesempatan untuk melihat-lihat keadaan neraka.
Kisah ini diceritakan oleh Ibnu Ishaq yang didengarnya dari salah seorang terpercaya yaitu Abu Sa’id al Khudri. Abu Sa’id sendiri menyatakan mendengar kisah perjalanan Rasulullah SAW ke neraka dari beliau langsung di tengah-tengah perjalanan Mi’raj atau perjalanan dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Kemudian aku melihat neraka, dan aku sama sekali tidak pernah melihat pemandangan yang lebih buruk daripada hari itu. Dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan cerita Rasulullah SAW, Malaikat Jibril kemudian membawa Rasulullah SAW naik ke langit hingga tiba di depan pintu neraka yang dijaga oleh malaikat penjaga neraka atau Malaikat Malik. Menurut sabda Rasulullah SAW, Malaikat Malik merupakan satu-satunya malaikat yang tidak menyambutnya dengan senyuman.
“Hanya saja malaikat ini tidak tertawa, dan aku (Rasulullah SAW) tidak menerima kabar gembira darinya seperti yang kulihat pada malaikat lainnya. Aku berkata kepada Malaikat Jibril, ‘Wahai Jibril, siapakah malaikat yang berkata-kata kepadaku seperti malaikat yang lain, tetapi tidak tertawa kepadaku, dan aku tidak menerima kabar gembira darinya seperti yang kuterima dari yang lain?”
Malaikat Jibril menjawab, ‘Seandainya ia pernah tertawa kepada orang sebelum atau sesudahmu, niscaya ia akan tertawa kepadamu. Namun ia tidak tertawa. Ini adalah malaikat penjaga neraka.'” demikian penjelasan Malaikat Jibril yang dinukil dari Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Hisyam.
Rasulullah SAW pun meminta Malaikat Jibril untuk memperlihatkan neraka kepadanya di tengah sela-sela Isra Mi’raj. Lalu, dibukakanlah pintu neraka oleh malaikat untuk dipertunjukkan kepada Rasulullah SAW.
Saat pintu neraka dibuka, Rasulullah SAW melanjutkan cerita, terlihat api neraka menyala-nyala seakan bisa membakar apapun yang terlihat. Setelahnya, Rasulullah SAW melihat manusia yang memiliki bibir seperti bibir unta.
Tangan mereka menggenggam sebongkah api neraka seperti bongkahan batu. Mereka memasukkan batu api itu ke dalam mulut kemudian keluar melalui dubur.
Beliau pun bertanya pada Malaikat Jibril, “Siapakah mereka itu, Jibril?”
Malaikat Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang makan harta anak yatim dengan cara zalim.”
Kemudian Rasulullah SAW berjalan lagi dan melihat kumpulan manusia berperut besar. Beliau mengaku belum pernah perut sebesar itu.
Diketahui, Rasulullah SAW dan Malaikat Jibril berada di jalan yang akan dilalui oleh pengikut-pengikut Fir’aun. Mereka menyerupai unta-unta yang kebingungan karena akan dijejalkan ke dalam neraka.
Rasulullah SAW kembali bertanya, “Siapakah mereka itu, Jibril?”
Malaikat Jibril menjawab, “Mereka adalah para pemakan harta riba.”
Perjalanan berlanjut, Rasulullah SAW pun melihat ada orang-orang dihadapkan pada hidangan daging yang empuk dan bagus, lalu di sebelahnya ada daging yang bernanah dan busuk. Namun, mereka justru memakan daging bernanah dan busuk itu dan mengabaikan daging lainnya.
Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapakah mereka itu, Malaikat Jibril?”
Malaikat Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan istri-istri yang dihalalkan Allah dan pergi mencari perempuan-perempuan yang diharamkan bagi mereka.”
Selanjutnya, Rasulullah melihat para wanita yang digantung dengan payudaranya masing-masing. Beliau pun bertanya, “Siapakah mereka itu, Jibril?”
Jibril kemudian menjawab penjelasan Rasulullah SAW dalam peristiwa Isra Mi’raj tersebut. “Mereka adalah perempuan-perempuan yang memasukkan lelaki, yang bukan anak-anaknya, ke rumah suami mereka.” (HR Bukhari dan Muslim)
Wallahu’alam.
Simak Video “Ribuan Warga Binaan Rutan Cipinang Gelar Maulid Nabi Muhammad SAW“
[Gambas:Video 20detik]
(kri/lus)
Source : www.detik.com
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, Allohumma Sholli Ala Rosulillah Muhammad Warhamna Jamii’a.