Perjuangan Anak Penjual Pentol Ikut IISMA ke Jerman, Mengajar Les-Usaha Rajutan

Perjuangan Anak Penjual Pentol Ikut IISMA ke Jerman, Mengajar Les-Usaha Rajutan




Jakarta

Perkenalkan ini Amanda Debi Arafah, mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) yang tengah menempuh program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) di Deggendorf Institute of Technology (DIT), Jerman.

Amanda, panggilan akrabnya termasuk dalam international student winter semester di DIT. Satu hal yang menarik di kampus ini adalah mahasiswa dibebaskan untuk memiliki course (mata kuliah) dengan minimal European Credit Transfer and Accumulation System (ECTS) atau SKS bila di Indonesia sebanyak 15.

Karena berasal dari Jurusan General Engineering, Amanda mengambil mata kuliah yang linier dengan penjurusannya di Teknik Mekatronika di PENS. Seperti Microcontroller, Solidworks, Quality Management, Matlab for Engineering, dan Scientific Writing.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tengah melanjutkan studi, siapa sangka di balik keberangkatan Amanda ada cerita yang menarik untuk dikulik. Begini kisahnya.

Anak Penjual Pentol Kuliah ke Jerman

Amanda menjelaskan, sebelum berangkat kuliah ke Jerman, ia sempat cemas. Terlebih terkait persiapan baik dari kelengkapan ataupun pendanaan.

Ia menyatakan tidak ingin membebani sang ayah yang mengandalkan penghasilan dari berjualan pentol keliling. Untuk itu, ia berusaha untuk mendapatkan uang tambahan agar bisa memenuhi sejumlah dokumen untuk persyaratan IISMA, dengan cara mengajar les dan usaha rajutan.

“Saya mulai mengumpulkan hasil tabungan selama mengajar. Kemudian, dibantu oleh Ibu juga yang menerima order rajutan di rumah,” kata Amanda dikutip dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kamis (16/11/2023).

Perjuangannya menghasilkan buah manis, mahasiswa yang juga penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah ini akhirnya bisa menyelesaikan berbagai kebutuhan yang diperlukan. Sehingga perjalanannya di Jerman di mulai.

“Jadi, saat itu untuk pertama kalinya saya berangkat menggunakan penerbangan domestik dari Surabaya ke Jakarta, kemudian berlanjut menggunakan penerbangan internasional dari Jakarta ke Munchen,” terang Amanda.

Perbedaan Budaya di Jerman

Sebelum berangkat, seluruh awardee IISMA diwajibkan untuk mengikuti kegiatan Pre-Departure Series. Kegiatan ini berupa bimbingan dan pembekalan sebelum keberangkatan agar mahasiswa tidak kaget dengan kultur dan cara hidup masyarakat di negara tujuan.

Meski sudah memiliki bekal, Amanda mengaku tetap harus beradaptasi dengan kultur dan kebiasaan masyarakat Jerman. Seperti kebiasaan untuk berjalan kaki, memilah sampah, kebiasaan tepat waktu saat memiliki janji temu, menaati rambu lalu lintas, dan sebagainya.

Pengalaman ini tentu menjadi pembelajaran hidup yang luar biasa bagi Amanda. Terlebih keadaannya berbeda dari kebiasaan dan keseharian yang ia lakukan di Indonesia.

“Saya merasakan disiplin yang benar-benar dilakukan,” tutur alumni MAN 2 Kediri ini.

Begitu Pula dengan yang terjadi pada proses pembelajaran dan lingkungan perkuliahan. Ia menceritakan, mahasiswa DIT tidak dituntut untuk selalu hadir di kelas loh!

Dengan catatan, seluruh tugas dan assessment dari mata kuliah itu harus terpenuhi. Selain itu, DIT disebutkannya memiliki fasilitas penunjang pembelajaran yang sangat baik.

“Contohnya dengan adanya akses computer laboratory dengan penyimpanan yang telah terkoneksi dengan akun milik masing-masing mahasiswa. Mahasiswa dapat menggunakan berbagai software dan ketika file dari software tersebut selesai dibuat akan secara otomatis dapat tersimpan pada akun mahasiswa,” terang Amanda.

Jalin Hubungan dengan Mahasiswa Internasional

Meski disibukkan dengan perkuliahan, ia mengaku tetap mengikuti kegiatan komunitas kampus dengan mahasiswa internasional yang lain. Amanda tergabung dalam komunitas mahasiswa internasional bernama Erasmus Student Networking (ESN).

Berbagai kegiatan kerap dilakukan Amanda dengan ESN. Salah satu yang berkesan di hatinya adalah kala melakukan pendakian ke salah satu gunung dengan ketinggian sekitar 1.500 meter di Bavarian National Park Germany.

Kesempatan ini juga digunakan Amanda untuk mengeksplorasi berbagai daerah di Jerman. Ia memanfaatkan Deutschland ticket khusus mahasiswa yang dapat membawanya ke seluruh daerah di Jerman menggunakan transportasi regional dengan membayar 29 Euro per bulannya.

Pengalaman di Jerman menurut Amanda mengajarkan banyak hal termasuk dalam proses mengembangkan potensi dan nilai diri sendiri. Kini, ia berencana melanjutkan studi Master Bidang Engineering di luar negeri setelah kelulusannya nanti.

“Pengalaman ini mengubah pandangan saya dan makin memantapkan saya untuk berjuang lebih keras lagi ke depan,” tutupnya.

Simak Video “Pendidikan Vokasi Unjuk Gigi di TEI Jawab Kebutuhan Pasar
[Gambas:Video 20detik]
(det/pal)



Source : www.detik.com
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, Allohumma Sholli Ala Rosulillah Muhammad Warhamna Jamii’a.

What do you think?

Written by admin