Pohon Keluarkan Senyawa Pembentuk Awan, Temuan Ini Bantu Prediksi Iklim

Pohon Keluarkan Senyawa Pembentuk Awan, Temuan Ini Bantu Prediksi Iklim




Jakarta

Awan merupakan salah satu faktor penting bagi dinamika cuaca dan iklim. Sebagian awan bertindak sebagai lapisan perlindungan antara radiasi matahari yang masuk dengan permukaan Bumi, sehingga berperan mendinginkan atmosfer, sama seperti pohon.

Hal ini mendorong sebuah penelitian untuk mengetahui bagaimana dan jenis awan apa yang terbentuk jika mereka ingin memprediksi perubahan iklim dalam beberapa dekade mendatang.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Lubna Dada, peneliti atmosfer dari Paul Scherrer Institute, melalui proyek internasional bernama CLOUD. Tujuannya untuk mempelajari bagaimana awan terbentuk dan perannya terhadap iklim.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melalui penelitian yang terbit di jurnal Science Advances pada (8/9/2023), para peneliti berusaha mengamati pohon dan senyawa alami lain yang dilepaskan ke atmosfer dan menjadi pembentuk awan.

Tujuannya untuk memahami keadaan iklim sebelum revolusi industri dan bagaimana perubahan iklim sejak peristiwa tersebut. Dengan demikian, ilmuwan mampu membuat prediksi iklim yang lebih akurat di masa depan.

Saat ini ada banyak model iklim yang tidak diperhitungkan efek pemanasan atau pendinginan awannya. Bahkan peran aerosol dalam pembentukan awan tidak banyak diperhitungkan.

“Ini adalah ketidakpastian terbesar dalam ilmu pengetahuan iklim saat ini,” kata Dada dilansir dari laman NPR (8/11/2023).

Sebagai Alat Prediksi di Tengah Ketidakpastian Iklim

Satu hal pasti yang diketahui adalah dampak tanaman dalam proses pembentukan awan. Ketika tanaman mengeluarkan gas yang membentuk partikel aerosol, maka tanaman membantu membentuk benih awan. Partikel-partikel ini berasal dari polusi manusia ataupun sumber alami yang tersuspensi di atmosfer.

“Bayangkan saja proses kondensasi air di jendela saat Anda memasak. Aerosol ini bertindak seperti jendela Anda. Jadi mereka terbentuk dan kemudian bertindak seperti permukaan, yang dapat menyerap lebih banyak gas untuk tumbuh membentuk awan ini,” ujar Dada.

Ketika para ilmuwan mengetahui “kontribusi” polusi buatan manusia terhadap pembentukan awan, mereka lebih siap memprediksi dampak awan terhadap perubahan iklim di masa mendatang.

Para peneliti mencoba mengisi beberapa kesenjangan iklim di masa lalu dan masa kini. Hal ini dilakukan dengan menggunakan ruang silinder baja yang menciptakan kembali atmosfer.

Untuk melakukan itu, peneliti menutup kotak tersebut dengan selotip dari aluminium foil. Kemudian, memasang lampu guna mensimulasikan berbagai lapisan atmosfer. Lalu, Dada dan timnya dapat menyuntikkan uap tertentu ke dalam ruangan untuk mempelajari pengaruhnya terhadap atmosfer tiruan.

Dengan demikian, para peneliti dapat mengubah tingkat kelembapan dan suhu untuk meniru lokasi geografis tertentu yang ingin mereka pelajari.

Seskuiterpen: Emisi Organik Pembentuk Awan

Dada mengatakan bahwa pada penelitian sebelumnya, para ahli telah mengamati dampak dari dua jenis emisi organik yang dikeluarkan oleh tanaman yaitu monoterpen dan isoprena.

Sedangkan jenis senyawa lain seperti seskuiterpen jarang diteliti. Melalui proyek CLOUD, para ilmuwan mengkaji efek seskuiterpen pada pembentukan awan.

Dada bersama rekan-rekannya menyuntikkan tiga senyawa yaitu monoterpen, isoprena, dan seskuiterpen ke dalam ruang CLOUD untuk melihat berapa banyak partikel baru yang terbentuk. Hasilnya, ditemukan bahwa seskuiterpen mampu mengikat partikel-partikel aerosol sepuluh kali lebih banyak dibandingkan dua zat lainnya pada konsentrasi yang sama.

Dada mengatakan temuan ini akan membantu para ilmuwan memahami peran emisi alami dalam iklim pra-industri. Termasuk seberapa besar kegiatan manusia mengubah dasar tersebut.

Diketahui, senyawa-senyawa muncul ketika tanaman mengalami stres. Menurut Dada, senyawa-senyawa ini akan menjadi lebih penting untuk diperhitungkan dalam prediksi iklim.

Hal ini dapat dilakukan karena vegetasi terpapar pada kondisi cuaca yang lebih ekstrem. Dengan memperhitungkan aerosol, para ilmuwan akan membuat prediksi yang lebih akurat tentang masa depan iklim.

Simak Video “Peneliti Temukan Fakta Perubahan Iklim Bikin Warna Laut Semakin Hijau
[Gambas:Video 20detik]
(nah/nah)



Source : www.detik.com
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, Allohumma Sholli Ala Rosulillah Muhammad Warhamna Jamii’a.

What do you think?

Written by admin