Sabut Kelapa ‘Disulap’ Jadi Bahan Bakar Biomassa, Ini Caranya

Sabut Kelapa ‘Disulap’ Jadi Bahan Bakar Biomassa, Ini Caranya



Jakarta

Limbah sabut kelapa bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar biomassa. Bagaimana caranya?

Pemanfaatan limbah sabut kelapa menjadi biomassa dilakukan di pabrik Dewacoco seluas 58 hektare (ha) di antara perkebunan kelapa, tepatnya di Desa Goal Kecamatan Sahu Timur, Kabupaten Halmahera Barat.

Pabrik pengolahan kelapa terpadu itu tak semata mengolah kelapa di daerah dengan sumber daya tanaman kelapa begitu melimpah, tetapi juga menjadi perusahaan netral karbon penghasil energi terbarukan dari bahan bakar biomassa limbah sabut kelapa.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Dewacoco jadi perusahaan satu-satunya di dunia penghasil bahan bakar biomassa dari limbah sabut kelapa,” kata Founder JHL Group Jerry Hermawan Lo dalam keterangannya, Sabtu (18/11/2023).

Di bagian depan pabrik tampak timbunan kelapa varietas Dalam telah disortir berumur tiga bulan diangkut para pekerja untuk masuk tahap dehusking atau memisah sabut dengan tempurung. Tempurung kelapa lantas masuk proses pengolahan lanjutan sementara sabut dipadatkan menjadi briket menjadi bahan bakar biomassa.

Briket sabut kelapa itu kemudian dibakar di suhu tinggi tanpa oksigen sehingga material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas atau proses itu disebut pembakaran pirolisis.

“Saat ini Dewacoco sudah menghasilkan 1 megawatt untuk menyuplai listrik di perusahaan. Analogi sederhananya, jika satu rumah punya besaran daya 2.000 watt maka akan bisa menyuplai untuk 500 rumah dari situ,” kata Chief Executive Officer PT Dewa Agricoco Indonesia Arthur Pelupessy.

Pihaknya berharap kapasitas dari biomassa bisa ditingkatkan agar bisa bermanfaat untuk masyarakat setempat. Proses membangun kesadaran bersama tentang lingkungan dilakukan Dewacoco dengan tak ada sampah tersisa.

Setelah sabutnya menjadi briket untuk bahan bakar biomassa, selanjutnya tempurung masuk ke tahap dewatering untuk diambil air. Berlanjut, tempurung kelapa akan dipisah dari batoknya untuk dijadikan charcoal.

Sementara itu, kulit kelapa berlanjut di tahap paring. Para pekerja kebanyakan perempuan secara manual akan memisah kulit kelapa bewarma cokelat muda dengan daging kelapa. Bagian kulit kelapa itu kemudian diolah menjadi coconut paring oil. Seturut itu pula daging kelapa dipisah dengan bagian ari.

Ari kelapa tersebut selanjutnya akan diproses menjadi Crude Coconut Oil (CCO). CCO diproses pada suhu relatif rendah. Ari kelapa diperas menjadi santan lalu dipanaskan dengan suhu relatif rendah untuk lebih lanjut difermentasi, pendinginan, penambahan enzim, dan masuk tahap sentrifugasi.

Sesudah ari kelapa diubah menjadi CCO, bagian dagingnya kemudian masuk ke tahap drying diubah menjadi desiccated dan tepung. Desiccated kelapa tersebut didistribusikan menjadi bahan pangan, tetapi dapat pula menjadi bahan untuk pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO).

Dengan hadirnya Dewacoco, menurut CEO Dewacoco Arthur Pelupessy, diharapkan mampu meningkatkan nilai kelapa tak sekadar jadi kopra kering, tetapi VCO, CCO, Coconut Paring Oil, Charcoal, Desicated, tepung, hingga briket sabut kelapa sebagai bahan bakar biomassa.

(acd/ara)



Source : finance.detik.com
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, Allohumma Sholli Ala Rosulillah Muhammad Warhamna Jamii’a.

What do you think?

Written by admin