Jakarta –
Pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan agung yang disebut Isra Mi’raj. Perjalanan tersebut berakhir di Sidratul Muntaha.
Kisah Isra Mi’raj diceritakan dalam sejumlah kitab sejarah, seperti Sirah Nabawiyah dengan bersandar pada hadits Nabi SAW. Ibnu Hazm al-Andalusi menceritakan dalam Jawami’ As-Sirah An-Nabawiyah, Isra Mi’raj dimulai dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Lalu, berlanjut dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha dengan melewati setiap lapisan langit.
Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa kerap disebut Isra, sedangkan perjalanan dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha disebut mi’raj. Dalam perjalanan tersebut, Rasulullah SAW dibersamai oleh Malaikat Jibril.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diceritakan dalam Kitab al-Isra’ wa al-Mi’raj karya Ibnu Hajar As-Asqalani dan Imam as-Suyuthi dengan bersandar hadits yang dikeluarkan Imam Muslim dari Hamad ibn Salamah, dari Tsabit al-Banani, dari Anas ibn Malik RA, ketika sampai di langit ketujuh, Rasulullah SAW dan Jibril menuju ke Sidratul Muntaha.
Di tempat itulah beliau mendapatkan perintah salat dari yang semula lima puluh kali menjadi lima kali dalam sehari semalam. Hal ini berkat saran Nabi Musa AS kepada Nabi Muhammad SAW agar mengajukan keringanan kepada Allah SWT karena umat Islam dirasa tak akan mampu jika melakukan salat sebanyak itu.
Tentang Sidratul Muntaha
Keberadaan Sidratul Muntaha telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman,
وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ ١٣ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى ١٤ عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰىۗ ١٥ اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشٰىۙ ١٦ مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى ١٧
Artinya: “Sungguh, dia (Nabi Muhammad) benar-benar telah melihatnya (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu ketika) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Nabi Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha dilingkupi oleh sesuatu yang melingkupinya. Penglihatan (Nabi Muhammad) tidak menyimpang dan tidak melampaui (apa yang dilihatnya).” (QS An Najm: 13-15)
Ada sejumlah riwayat yang turut menjelaskan tentang Sidratul Muntaha. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan dalam Kitab Shifat Al-Jannah wa ma ‘A’adda Allahu li Ahliha min An-Na’im, diriwayatkan secara valid bahwa Sidratul Muntaha berada di atas langit. Ibnu Abi Najih meriwayatkan dari Mujahid bahwa itulah yang dimaksud surga.
Dalam riwayat Anas RA tentang kisah Isra Mi’raj yang termuat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi di atas langit ketujuh yang telah dikunjungi Nabi SAW dan di dekat situ terdapat surga.
Mahir Ahmad Ash-Shufiy turut menceritakan hal itu dalam Jinanul Khuldi: Na’imuha wa Qushuruha wa Huruha. Ia menyebut sebuah riwayat bahwa Rasulullah SAW memberitahukan tentang pohon dengan sesuatu yang pernah dilihatnya,
“Kemudian, aku diangkat ke Sidratul Muntaha. Tiba-tiba, aku menemukan bukitnya seperti punuk unta yang paling baik dan daunnya seperti telinga gajah. Jibril berkata, ‘Ini Sidratul Muntaha yang mempunyai empat sungai, dua di antaranya tersembunyi dan dua lagi adalah nyata.’ Maka aku bertanya, ‘Apakah itu, wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Dua yang tersembunyi adalah sungai di surga, sedangkan yang tampak adalah Nil dan Eufrat.'” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim juga disebutkan, “Kemudian, Jibril berangkat bersamaku hingga sampai ke Sidratul Muntaha. Bukitnya laksana punuk unta yang baik dan daunnya seperti telinga gajah. Hampir saja daunnya menaungi umat ini. Lalu, Sidratul Muntaha diliputi dengan berbagai macam warna yang tidak aku ketahui. Kemudian, aku dimasukkan ke surga yang di dalamnya terdapat kubah permata dan tanahnya dari kesturi.”
Wallahu a’lam.
Simak Video “Ribuan Warga Binaan Rutan Cipinang Gelar Maulid Nabi Muhammad SAW“
[Gambas:Video 20detik]
(kri/lus)
Source : www.detik.com
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, Allohumma Sholli Ala Rosulillah Muhammad Warhamna Jamii’a.