Spot Kekinian di Candi Gedong Songo

Spot Kekinian di Candi Gedong Songo




Jakarta

Kabupaten Semarang memiliki banyak destinasi wisata di daerah Bandungan, salah satunya wisata sejarah Candi Gedong Songo.

Candi Hindu peninggalan masa Wangsa Syailendra pada Abad ke-9 ini terletak di kaki Gunung Ungaran Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Jarak menuju candi ini cukup dekat yaitu sekitar 30 menit dari Ambarawa atau 45 menit dari Kota Salatiga.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Candi Gedong Songo memiliki kesamaan dengan komplek candi Dieng di Wonosobo ini dinamakan Gedong Songo karena ada sembilan bangunan merujuk pada jumlah candi yang berjumlah sembilan. Semuanya tersebar tidak beraturan di lokasi tersebut.

Awal ditemukan candi ini oleh Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan penulis buku History of Jawa ini pada tahun 1804.

Pada saat itu candi ini bernama Gedong Pitoe merujuk pada jumlahnya yang baru ditemukan tujuh bangunan. Baru dikenal sebagai Candi Gedong Songo setelah ditemukan dua candi tambahan yaitu pada 1908-1911 oleh Van Stein Callenfels, seorang arkeolog Belanda.

Candi ini mengalami dua kali pemugaran yaitu tahun 1928-1931 oleh dinas purbakala pemerintah kolonial Belanda dan tahun 1972-1982 oleh pemerintah Indonesia.

Tahun 2015 menteri pendidikan dan kebudayaan menetapkan komplek Candi Gedong Songo sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional melalui SK Nomor 195/M/2015 pada 26 Oktober 2015.

Fasilitas dan jam buka Candi Gedong Songo

Saat ini ada lima komplek dari Candi Gedong Songo yang tertata dengan rapi yaitu candi I buah candi dengan yoni tanpa lingga, candi II memiliki candi utama dilengkapi candi perwara atau candi lebih kecil.

Candi III terdapat tiga candi utama dengan stupa di atapnya dan makara atau arca berbentuk kepala gajah dan ditambah candi prawara. Candi IV dan V masing-masing terdapat satu candi utuh yang dikelilingi oleh reruntuhan candi.

Mengakses candi yang terletak ketinggian 1.200 MDPL ini bisa menggunakan kendaraan kecil seperti motor ataupun mobil. Bus tidak bisa digunakan menuju ke sana karena jalanan yang sempit dan menanjak dengan kemiringan sangat curam, mencapai 40 derajat.

Tempar parkir cukup banyak menampung kendaraan, dilengkapi dengan toilet dan tempat shalat yang cukup nyaman bagi pengunjung muslim.

Setelah sampai di pintu masuk candi para pengunjung akan diminta membayar tiket. Pada hari biasa wisatawan domestik diminta membayar Rp 10 ribu sedangkan di akhir pekan Rp 15 ribu dan untuk wisatawan mancanegara Rp 75.000. Ini berlaku bagi pengujung mulai usia 5 tahun ke atas.

Pastikan Anda datang saat jam operasional buka yaitu antara jam 7 pagi sampai jam 5 sore.

Dengan panorama sekitar yang indah serta udara sejuk dan semilir angin membuat pengujung tidak akan merasa lelah ketika menapaki jalan tanjakan, menelusuri satu candi ke candi berikutnya. Suhu udara di kawasan ini berkisar antara 19-27 derajat Celcius.

Semakin tinggi dan jauh berjalan maka semakin indah panorama yang bisa dinikmati. Bahkan di saat tertentu pengunjung bisa menikmati kabut tipis yang menyelimuti komplek candi tersebut.

Selain candi, kawasan ini juga memiliki daya tarik yang lain yaitu adanya sumber air panas yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk berendam. Pemandian air panas yang mengandung belerang dengan asap mengepul tebal ini terletak di komplek candi IV dan V.

Seringkali pengunjung lebih memilih berfoto selfie dibandingkan berendam di lokasi yang mengeluarkan asap tebal.

Mitos

Ada mitos di tengah masyarakat bagi pengunjung yang berhasil menelusuri semua komplek candi dan menghitung lengkap sembilan candi maka ia akan mendapatkan keberuntungan.

Untuk itu agar bisa mengunjungi semua candi di komplek tersebut pengelola objek wisata menyediakan jasa sewa menunggang kuda terutama bagi pengunjung terutama anak dan orang tua.

Biaya sewa kuda bervariasi tergantung dari jarak yang ingin ditempuh. Bagi anak dan remaja yang gandung dengan foto kekinian, terdapat spot foto instagrambale di jalur awal masuk candi yang bernama Ayanaz dan De’ Montanaz.

Bagi pengunjung yang pertama kali datang ke lokasi ini mungkin akan merasa keheranan. Lokasi foto ini cenderung kekinian dengan berbagai spot foto rumah igloo, balon udara dan tempat duduk di atas air yang bernuansa modern bertolak belakang dengan wisata sejarah candi yang bernuansa jadul.

(msl/msl)



Source : travel.detik.com
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, Allohumma Sholli Ala Rosulillah Muhammad Warhamna Jamii’a.

What do you think?

Written by admin