Tujuan dan Sejarah Didirikannya Muhammadiyah yang Kini Telah Berusia 111 Tahun

Tujuan dan Sejarah Didirikannya Muhammadiyah yang Kini Telah Berusia 111 Tahun



Jakarta

Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah memiliki peran penting. Organisasi yang didirikan pada 18 November 1912 itu dihormati sebagian besar umat Islam Indonesia.

Tahun ini, usia Muhammadiyah mencapai 111 tahun. Puncak Milad ke-111 Muhammadiyah berlangsung pada 18 November 2023 dengan rangkaian acara yang telah dimulai sejak Kamis (17/11) kemarin.

Melansir portal resmi Muhammadiyah pada Sabtu (18/11/2023), secara bahasa Muhammadiyah berarti pengikut Nabi Muhammad. H Djarnawi Hadikusuma menjelaskan bahwa nama Muhammadiyah mengandung pengertian pendukung organisasi tersebut ialah umat Nabi SAW dan asasnya dari ajaran sang rasul yaitu Islam.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tujuan dari Muhammadiyah sendiri, menurut H Djarnawi Hadikusuma, memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai ajaran yang dibawa serta dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

“Dengan demikian, ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.” bunyi keterangan H DJarnawi Hadikusuma yang tertulis pada laman resmi Muhammadiyah.

Apa Tujuan Muhammadiyah?

Masih dari sumber yang sama, berdirinya Muhammadiyah berlandaskan alasan dan tujuan yang mencakup 4 poin, antara lain sebagai berikut:

  1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam
  2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern
  3. Reformulasi ajaran dan pendudukan Islam
  4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar

Dapat disimpulkan, tujuan Muhammadiyah ialah melakukan perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat agar sesuai ajaran Islam. Muhammadiyah didirikan untuk membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Artinya, masyarakat yang memahami dan menerapkan prinsip Islam serta menjalaninya dengan baik tanpa terpengaruh oleh budaya atau tradisi yang bertentangan. Dari tujuan itu, Muhammadiyah sejak awal menekankan pada pendidikan dan pengajaran islam sebagai sarana untuk mengembangkan gerakan dan mewujudkan tujuannya.

Meski demikian, dijelaskan dalam buku Muhammadiyah Mencerdaskan Anak Bangsa susunan Farid Setiawan, tujuan Muhammadiyah setelah masa kemerdekaan 1945 diubah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam.

Dari pandangan Muhammadiyah, prinsip Islam yang dimaksud menyangkut seluruh aspek kehidupan. Deretan prinsip itu ialah aqidah, ibadah, akhlak, dan mu’amalat duniawiyah.

Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah

Merujuk pada laman resmi Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah penggagas organisasi Islam tersebut. Pria yang dikenal dengan nama Muhammad Darwis itu berkeinginan mencetuskan gerakan pembaruan.

Ide tersebut muncul setelah ia menunaikan ibadah haji pada tahun 1903. Di sana, ia menimba ilmu pada banyak ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah, seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya dan Kyai Fakih dari Maskumambang.

Selain itu, KH Ahmad Dahlan juga mempelajari pemikiran-pemikiran dari para ulama pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.

Gagasan KH Ahmad Dahlan disambut baik oleh anggota organisasi Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo.

Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM mencatat, nama “Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah.

Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma, lembaga pendidikan yang berdiri pada 1911 ini bernama “Sekolah Muhammadiyah.” Di sekolah ini, para siswa tidak hanya bisa mempelajari dan mendalami ilmu agama Islam semata. Sekolah yang lokasinya di gedung milik ayah Kyai Dahlan ini juga memberi pengetahuan tentang ilmu umum.

Seiring berjalannya waktu, siswa di Sekolah Muhammadiyah semakin banyak. Pada tanggal 18 November 1912 atau bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi Muhammadiyah.

Sebagai sebuah organisasi resmi, Muhammadiyah disahkan pada 20 Desember 1912 dengan mengirim “Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914.

Melalui Muhammadiyah, Kyai Dahlan memiliki cita-cita untuk membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah, mu’amalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan kepada sumbernya yang asli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi.

Sukses membawa ajaran Islam ke dalam koridor syariat tidak lantas membuat Kyai Dahlan menghentikan langkah dakwahnya. Melalui Muhammadiyah, Kyai Dahlan kemudian merintis gerakan perempuan ‘Aisyiyah tahun 1917.

Ide dasar lahirnya gerakan Perempuan ‘Aisyiyah ini berawal dari pandangan Kyai Dahlan agar perempuan muslim tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan.

Melalui gerakan bagi kaum Hawa itu, Kyai Dahlan ingin menempatkan posisi dan peran perempuan, yang lahir dari pemahamannya yang cerdas dan bersemangat tajdid. Demikian tujuan Muhammadiyah beserta sejarah singkatnya.

Simak Video “Momen Kaesang Temui Ketum PP Muhammadiyah di Yogyakarta
[Gambas:Video 20detik]
(aeb/lus)



Source : www.detik.com
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, Allohumma Sholli Ala Rosulillah Muhammad Warhamna Jamii’a.

What do you think?

Written by admin